Tak disangkal, batik merupakan salah satu karya khas Indonesia yang mendunia. Berbagai daerah di Indonesia menjadi sentra kerajinan batik, kerajinan batik lebih popular di Jawa. Dahulu, batik populer ditulis pada daun lontar, lalu beralih pada kain putih. Kalo ingin tahu banyak mengenai batik, mampir ke situs tetangga di http://www.ceritakain.com yah. Saya nggak akan membahas mendetail mengenai batik disini.
Kota-kota yang menyandang predikat kota batik pun bermunculan, jika di Jawa Tengah terkenal dengan Solo dan Pekalongan yang menjadi sentra batik, di Jawa Timur terkenal dengan batik Madura yang berwarna cerah, sedangkan di Jawa Barat terkenal dengan Cirebon sebagai sentra batik utama. Kalo di Sumatera? Ada tuh suku Batik. Woyy.. itu Batak kali.
Trusmi, sebuah desa yang terletak sedikit di luar kota Cirebon telah lama terkenal menjadi sentra batik Cirebon. Tak sulit dijangkau dari pusat kota Cirebon, jika berada di dekat Alun-alun, bisa naik angkutan umum dengan tanda GP lalu bilang mau berhenti di pertigaan Trusmi.

Bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju sentra penjualan batiknya, ataupun dengan menumpang becak jika ingin masuk lebih dalam untuk melihat industri rumahan pembuatan batik. Lebih baik naik becak sih, karena apa? Karena puanasnyaaa daerah ini.. Gile ini Cirebon ngalahin Jakarta panasnya.
Jika memang tujuannya ingin melihat pembuatan batik, disarankan untuk datang bukan pada hari Minggu, karena para pembatik libur. Seperti kala kunjungan saya, tidak memprediksi adanya karyawan pembatik libur di hari Minggu, saya pede datang ke Trusmi dengan harapan untuk melihat cara pembuatan batik. Nyatanya sulit sekali mencari rumah yang sedang mengerjakan proses membatik di hari libur. Ternyata nyari jodoh bukan yang paling susah yah. #krriikk
But, lucky me ada 1 rumah yang terbuka bagian dapurnya, dengan permisi saya mengungkapkan maksud kedatangan saya ke tempat itu. Syukurlah mereka tidak keberatan saya ikut masuk ke rumahnya dan melihat proses pembuatan batik. Walaupun hanya 2 orang pekerja yang sedang membatik, tapi ini sudah cukup bagi saya. Bengkel kerja atau dapur dengan luas sekitar 20 meter persegi itu nampak sumpek, tak berubin, hanya beralaskan tanah, beratap sederhana, dan mengandalkan cahaya matahari dari balik jendela rumah. Seorang ibu paruh baya yang sedang asik membatik, seperti tidak terganggu dengan kehadiran saya, ia terus membatik dengan penuh konsentrasi.

“Sudah berapa lama membatik Bu?” tegur saya. “Wah, sebelum saya nikah Mas” jawabnya sambil tertawa.
“Yaahh.. Ibu nikahnya kapan aja saya nggak tau lho”, canda saya. “ Oh iya.. ya..haha..kira-kira sudah 15 tahun deh” jawabnya dengan tersenyum simpul sambil tetap melanjutkan pekerjaannya menggoreskan canting pada kain di depannya.

Sementara ia terus melanjutkan pekerjaannya, saya asik memfoto beberapa bagian dari bengkel kerja ini. Ada beberapa rak sebagai tempat menggantung kain, canting, dan cetakan. Bentuk canting pun ada variasinya, menyesuaikan dengan kebutuhan dan jenis kainnya. Beberapa cetakan digantung pada dinding, proses membatik tidak selalu hanya menggunakan canting, tapi mereka juga mengerjakan pembatikan menggunakan cetakan.

Proses lebih cepat dan harga lebih murah, itulah alasan utamanya menggunakan cetakan, walaupun kualitasnya tidak bisa dibandingkan dengan batik yang diproduksi dengan canting. Harga batik sekarang ini memang bersaing ketat, produksi batik massal dari China menjadi penyebab anjloknya harga batik. Sehingga, mau tidak mau pengrajin lokal pun berusaha agar bisa menyangi batik produksi China, produksi cepat dan murah. Beuhh ini China emang bikin harga semua barang turun drastis. Hampir semua barang sekarang ini berlabelkan Made in China, untung saja hati saya Made in Tuhan, jadi nggak gampang rusak kaya barang Made in China. Mwehehe.

Seorang pemuda yang saya lupa tanya namanya, mengantarkan saya ke ruangan sebelah untuk melihat koleksi kain batik hasil produksinya yang siap dipasarkan. Saya tidak terlalu paham mengenai kain batik, tapi melihat motif ini rasanya cukup bagus. Kisaran harga yang ditawarkan untuk selembar kain batik mulai dari Rp.450.000 – Rp.900.000, cukup sebanding dengan lamanya pembuatan selembar kain batik yang memakan waktu hingga 2 minggu.

Ada banyak toko batik di Trusmi, koleksi batiknya juga bagus-bagus, pasti kalian akan bingung memilih. Harganya juga cukup berbeda dibandingkan harga batik di Jakarta. Sebuah toko yang saya masuki menawarkan harga kemeja batik pria mulai Rp.30.000 hingga jutaan rupiah. Pelayanannya ramah dan juga menyediakan air minum bagi pengunjung, karena teriknya matahari di Cirebon, saya pun membeli beberapa baju batik di toko tersebut.

Sayangnya, kawasan Trusmi kotor dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan. Hal ini dapat menurunkan kesan positif Trusmi sebagai tempat wisata batik di Cirebon.