Bangka: Ini Cerita Pulaunya, Bukan Cerita Martabak (1)

Baru saja pesawat Sriwijaya Air yang membawa saya dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang lepas landas, saya sudah merasa pesawat akan bergerak turun lagi. Benar saja dugaan saya saat mendengar purser melakukan pengumuman dari speaker;

“Flight attendant, prepare for landing position”

Alamak, ternyata terbang selama 30 menit tuh rasanya begini ya, tanggung banget. Gravitasi tubuh yang baru saja naik tiba-tiba harus turun lagi.

Bandara Dipati Amir di Pulau Bangka tidaklah besar, namun cukup ramai. Saat keluar dari pintu kedatangan, Babonce – panggilan  kesayangan sepupu saya, belum muncul. Ia memang tinggi besar, makanya dipanggil Babon. Betul kan, Bon?

“Kak, loe gue naik Jeep nih, loe tunggu lobby kedatangan yah”, begitu suara dia dari telepon.

Saya minta dibawa ke tempat makan paling terkenal di Pulau Bangka. Menurutnya, Seafood Asui yang paling ramai dikunjungi di Pulau Bangka. Tempatnya terletak di dalam gang, namun mudah ditemui karena di depan gang ada papan nama seafood yang cukup besar. Saya pesan ikan kakap bakar ukuran kecil dan cumi tepung, minumnya es teh manis, total yang harus dibayar 198rb. Haha.. ternyata mahal yah makan di Bangka. Ikan dan cuminya memang terasa lebih segar dari seafood di Jakarta, tapi untuk bumbu, seafood di Jakarta masih lebih enak menurut saya.

Seafood ASUI, not asu.. :D
Seafood ASUI, not asu.. 😀

Selanjutnya mencari penginapan, Hotel Kaisar di dekat Mesjid Jamik mungin bisa jadi pilihan jika kalian mengunjungi Pulau Bangka, terutama yang mencari penginapan murah. Hotel ini baru saja buka seminggu dan malam itu saya satu-satunya penghuni di hotel itu..!! Hotelnya bersih dengan fasilitas cukup lengkap; TV LED, springbed, AC, dan kamar mandi di dalam, harganya hanya 150rb saja. Murahhh kan?! Alamatnya ada di Jl. Abdullah Addari, tidak begitu jauh dari Masjid Jamik.

Kaisar Inn di dekat Masjid Jamik
Kaisar Inn di dekat Masjid Jamik

Biasanya setiap daerah ada spot wajib yang harus dikunjungi. Seperti halnya di Pulau Bangka ini, tidak lengkap ke Pulau Bangka kalo belum minum kopi dan makan roti srikaya di Waroeng Tung Tau kata orang-orang. Kedai ini sudah ada sejak tahun 1938, Waroeng Tung Tau adalah nama dari pendirinya, Mr Fung Tung Tau. Ia berdagang sejak tahun 1938 di kota Sungailiat. Kedai utamanya ada di daerah Sungailiat,  sekitar 30 menit dari Kota Pangkal Pinang, juga ada cabang lainnya di Pangkal Pinang. Jika penasaran, bisa lihat di website-nya : http://www.waroengtungtau.com

Saya berkunjung ke Waroeng Tung Tau di Pangkal Pinang, terlalu larut jika harus ke Waroeng Tung Tau di Sungailiat, walau jarak Pangkal Pinang ke Sungailiat hanya sekitar 30-40 menit saja. Warungnya ramai dengan para penikmat kopi yang mayoritas laki-laki, tempatnya cukup nyaman untuk sekedar duduk dan menikmati kopi. Jangan dibayangkan tempatnya seperti Starbuc*s atau gerai kopi internasional lainnya yang ada sofa-nya, tempat ini cukup dengan meja dan bangku dari kayu. Pesanan saya tentu saja menu andalannya, yaitu kopi dan roti srikaya. Hmm.. benar saja, roti srikayanya enak, lembut di mulut dan namun kopinya masih kalah dengan kopi Lampung menurut saya.

Museum Timah

Lama juga nungguin Babonce di hotel, saya teringat semalam melihat papan arah menuju Museum Timah yang saya rasa tidak terlalu jauh. Jaraknya sekitar 2 km dari hotel, saya berjalan kaki, beeuhh teriknya matahari Pulau Bangka, padahal saat itu masih jam 7.30 pagi seperti jam 12 siang di Jakarta aja.

Museum Timah di Pulau Bangka
Museum Timah di Pulau Bangka

Museum Timah merangkum perjalanan pertambangan Timah di Pulau Bangka dan Belitung yang sudah ada sejak zaman Belanda. Ada berbagai diorama mengenai ilustrasi pertambangan timah sejak dahulu. Mulai dari ilustrasi penambangan timah tradisional, hingga pengerukan timah dari dasar laut menggunakan kapal pengeruk dengan scoop – ini saya lupa istilahnya.

Isi di Museum Timah
Isi di Museum Timah

Museum ini tertata rapi, mulai dari layout hingga alur keluar masuk pengunjung. Pada meja informasi terdapat brosur yang menjelaskan mengenai museum ini dan isinya. Namun, entah saat itu saya yang datang terlalu pagi; jam 8 teng! atau memang tidak ada layanan pemandu pada museum ini. Disayangkan sekali jika ternyata museum ini tanpa pemandu. Oh ya, tiket masuk ke museum ini gratis, nggak ada pungutan sama sekali. Wajib dikunjungi jika mengunjungi Pulau Bangka, museum ini dulunya adalah rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW) yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No. 179, Pangkalpinang. Didirikan tahun 1958, Museum Timah Indonesia adalah satu-satunya museum timah di Indonesia dan bahkan di Asia.

Lokomotif di halaman Museum Timah
Lokomotif di halaman Museum Timah

Bekas pertambangan timah di Pulau Bangka dan Pulau Belitung meninggalkan lubang-lubang besar di daratan, dapat terlihat lebih jelas jika dari udara. Lubang-lubang ini dibiarkan begitu saja menganga setelah pertambangan selesai dilakukan, lalu terisikan air dan bercampur bahan mineral sehingga berwarna hijau.

Tempat menarik untuk dikunjungi di Pulau Bangka banyak, saking banyaknya saya sulit memutuskan mengunjungi yang mana saja. Muntok menjadi pilihan saya hari itu, rasa penasaran ingin mengunjungi Bukit Menumbing yang ada di Muntok. Bukit Menumbing adalah rumah pengasingan mantan Presiden Soekarno di Pulau Bangka, saat diasingkan oleh Belanda paska kemerdekaan RI.

Jalan masuk ke Bukit (gunung) Menumbing
Jalan masuk ke Bukit (gunung) Menumbing

Perjalanan dari kota Pangkalpinang ke Muntok membutuhkan waktu 3 jam, dengan rata-rata kecepatan 80 – 100 km/jam. Jalanan sangat mulus, tanpa ada celah lubang di sepanjang jalan, dan jalanan yang sepi membuat para pengendara dapat memacu kendaraan cukup kencang. Tidak ada angkutan umum menuju Bukit Menumbing yang memang terletak di bukit cukup tinggi, pengunjung harus menggunakan kendaraan pribadi menaiki jalanan bukit yang berkelok-kelok. Di atas bukit, bangunan tua yang didominasi bahan batuan berarsitektur Belanda berdiri kokoh. Saat memasuki bangunan utama, ada meja informasi sekaligus tempat menjual merchandise.

Bangunan utama di Bukit Menumbing
Bangunan utama di Bukit Menumbing
Kiri atas : Meja kerja mantan Presiden Soekarno. Kanan atas : Foto-foto mantan Presiden Soekarno. Kiri bawah : Surat dari mantan Presiden Soekarno ke Ibu Fatimah Soekarno. Kanan bawah : Mobil operasional mantan Presiden Soekarno selama di Bangka.
Kiri atas : Meja kerja mantan Presiden Soekarno. Kanan atas : Foto-foto mantan Presiden Soekarno. Kiri bawah : Surat dari mantan Presiden Soekarno ke Ibu Fatimah Soekarno. Kanan bawah : Mobil operasional mantan Presiden Soekarno selama di Bangka.

“Pak, tempat ini buka dari jam berapa dan tutup jam berapa ya?”, tanya saya pada salah seorang penjaga di meja informasi.

“Mas, mau datang jam berapa pun, pintu pasti kita buka kan kok”, jawabnya.

“Jam 6 sore?”, saya memastikan sambil mengernyit agak bingung dengan jawabannya.

“Mau jam 10 malam atau jam 2 pagi juga kita buka kan pintunya, asal berani aja masuk ke dalam sini”, jawabnya sambil tertawa.

“Disini pernah jadi tempat acara misteri yang di TV itu lho, Mas”, lanjutnya.

HMM… pantas saja saat memasuki bangunan ini, hawanya cukup berbeda. Ahh ini sok tau saya aja.

Ada yang berani uji nyali di Bukit Menumbing?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s