America : What’s Up Seattle

Setelah 11 jam menanti penerbangan lanjutan ke Amerika di Bandara Incheon, yup ini lama banget transitnya, papan pengumuman jadwal pesawat pun meminta saya untuk boarding. Awak pesawat Delta Airlines menyambut saya ramah saat memasuki pesawat, saya dapat duduk di row tengah. Yang bikin terkesan dengan Delta Airlines adalah untuk safety instruction yang biasanya diperagakan oleh pramugari/pramugara di depan penumpang atau ditampilkan di screen tv dengan bahasa dan konsep yang kaku, dibuat sangat menarik oleh Delta Airlines, beberapa kali saya tertawa melihat safety instruction-nya. Bisa dilihat disini kalo penasaran.

IMG_9258-1280x853
Kedainya sekecil itu. Liat kan antrian di sebelah kirinya? Panjang banget.

Empat belas jam kurang lebih waktu yang ditempuh dari Bandara Incheon di Korea Selatan hingga sampai di Seattle Tacoma International Airport. Seattle merupakan salah satu hub city dari Delta Airlines. Bukan, Seattle bukan kota tujuan utama saya, tapi Monterey, dikarenakan tidak ada flight Delta Airlines yang langsung dari Bandara Incheon ke Monterey atau San Fransisco, saya harus berganti pesawat Delta Airlines dengan penerbangan lokal di Seattle.

Deretan counter imigrasi di terminal kedatangan membuat saya grogi, selayang pikiran dari ucapan orang-orang yang bilang kalo punya nama identik dengan Islam akan dipersulit makin membuat saya grogi. Nggak mau makin kepikiran, saya menyalakan hp untuk melihat WhatsApp dan media sosial.

“Hey you, come here!”, hardik seorang petugas imigrasi dari counter-nya, karena saya bengong tidak memperhatikan antrian. Bismillah..bismillah..bismillah, gumam saya dalam hati. Jangan sampai amsiong.

Petugas imigrasi berbadan agak besar dan berkumis tebal itu membolak balik paspor saya, melihat visa Amerika saya dengan teliti, kemudian melihat muka saya.

“What’s up bro, what you gonna do in States?” tanyanya santai.

“I’m having a short course, Sir”, jawab saya yang grogi.

“WHERE??”, tanyanya lagi dengan nada berat.

“At Naval Postgraduate School”, jawab saya pelan, lebih karena grogi. Ini orang nggak baca annotation di visa saya apa ya, kan ditulis jelas disitu tujuan saya.

“Can I see the paper?”, tanyanya dengan nada penasaran.

Aduh paper apa sih yang dia maksud, bikin makin grogi aja. Saya kasih aja ITO (Invitational Travel Order) for International Military Student yang dikeluarin oleh Kedutaan Amerika di Jakarta. Saya lihat kanan-kiri, antrian yang tadinya jauh di belakang saya sudah selesai dari counter imigrasi, ternyata saya yang paling lama sendiri ditanya-tanya di counter imigrasi. Salah apa gue. Come on, you make me more nervous, Sir!

Dia lalu senyum. “Welcome to USA, bro. Sorry to bother you a lot with questions, I just wanna make sure my country safe”, tegasnya ramah.

Dinginnya Seattle

It’s just me or other people also feel the same, Seattle itu dingin, mirip sama Bogor yang dikit-dikit hujan, anginnya sih nggak terlalu kencang. Saya nekat emang nggak bawa jaket tebal ke Amerika, hasil observasi salah satu situs cuaca bilang jika di Monterey  yang jadi tujuan utama saya tidaklah terlalu dingin. Tapi ini Seattle, bukan Monterey kak! Cardigan yang saya pakai pun nggak sanggup menahan hawa dingin di Seattle. Koper berisi pakaian juga ada di terminal transit, udah telat kalo mau bongkar koper untuk ambil baju tambahan. Yo wes lah, anggep aja lagi di Bromo. Brrr.

Berbaik hati salah satu sepupu saya yang bersekolah di Seattle mau menemani berkeliling Seattle dalam waktu yang singkat.  Thanks Nabila!

IMG_9273-1200x1800

Pike Place Market

Saya punya waktu 6 jam di Seattle, sebelum penerbangan selanjutnya ke San Fransisco. Apa saya akan diam saja di dalam airport? No way! Terlalu sayang membuang waktu 6 jam di airport kota asal Kedai Kopi Starbucks. Tujuan saya cuma satu di Seattle, ke Pike Place Market, dimana untuk pertama kalinya Starbucks membuka kedai kopi pada tahun 1971.

Dari airport saya naik LRT sekitar 45 menit untuk sampai di dekat Pike Place, kemudian dilanjutkan berjalan kaki kurang lebih 10 menit. Rintik-rintik gerimis menemani perjalanan saya, ada beberapa Starbucks yang saya lewati, sempat menduga-duga dimanakah kedai Starbucks Pike Place, karena beberapa kedai Starbucks tersebut menggunakan logo Starbucks yang berbeda dengan saat ini. Memang saya tidak browsing sebelumnya gimana rupa kedai Starbucks di Pike Place ini. But anyway, let it be my surprise after all tired journey that thousand miles away from Yu Es Ah.

IMG_9262-1280x853
Kalo diperhatiin detail, logonya porno 😀

Niat mau mencicipi rasa Starbucks asli di Pike Place harus pupus begitu melihat panjangnya antrian hingga ke luar kedai Starbucks ini. Saya amati sekitar 10 menit, tidak bergerak sama sekali antriannya. Sungguh ini sih ngalahin antrian J.Co 2 lusin 100rb. Saya masuk ke dalam kedainya, tidak besar, tidak seperti bayangan saya sebelumnya, tapi saya cukup senang berada di dalam kedainya. So, from this tiny place, more than 17 thousands stores around the world has began.

Di sekitar kedai Starbucks dipenuhi banyak resto dan juga pasar. Tidak jauh dari kedai Starbucks, ada salah satu resto yang menjual Clamp Chowder sangat enak menurut sepupu saya, saat sampai ke restonya, lagi-lagi harus kecewa karena antriannya sangat panjang. Akhirnya Greek Yoghurt yang sangat enak bisa saya cicipi juga disini, harganya cukup murah.Namanya Ellenos, letaknya sederet dengan Starbucks Pike Place.

IMG_9268

Cipratan es ke muka saya diiringi tawa dari orang-orang di pasar cukup mengagetkan. Entah permainan apa yang dimainkan antar dua orang pedagang ikan ini, salah satu pedagang melemparkan ikan red snapper yang saya taksir beratnya 5 kg lalu ditangkap oleh pedagang lain sambal berteriak kencang. YO MAN…CATCH THIS OUT! Ini salah satu usaha mereka untuk menarik pembeli saya kira.

Oh ya, kalo mau belanja souvenir, jangan di dalam pasarnya ya, harganya agak mahal. Saya beli magnet kulkas, harganya USD 20 untuk 3 buah, sedangkan di luar pasar bisa dapat USD 3 per buah. Memang sih magnetnya custom, dan nggak umum, tapi kan lumayan banget itu USD 20 buat jajan.

Puas berkeliling Pike Place, hmm sebenarnya belum puas banget, cuma karena waktu yang sempit, terpaksa harus kembali ke Seattle Tacoma Airport. See you, Seattle! I kinda like you.

 

 

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s